Minggu, 25 Mei 2014

seminar bedah buku

SEMINAR Dalam rangka seminar membedah buku yang dia adakan Pada tanggal 7 mei 2014 cukup menarik dan berjalan dengan lancar, acara seminar pembedahan buku dibuka oleh bapak Rektor ISI padang panjang, budaya membedah buku serta budaya mengkaji dunia seni maupun dunia sastra. Kedudukan seni budaya lokal dalam Tradisi Akademis seperti yang disampaikan oleh ibuk Prof .Dr. Pudentia, MPss, MA. Beliau mengatakan budaya sebagai kekuatan di bidang seni , tidak akan mungkin bisa dunia berjaya serta berkembang tampa adanya budaya, maka budaya disebut sebagai kekuatan dari dunia, jika dikaitkan dengan kesejahteraan serta budaya sebagai dorongan untuk berkembang, kebanyakan pada masa lalu tradisi akademis mengangap tradisi yang baku, kita sebenarnya harus tahu apa estetika melayu yang dimiliki indonesia, sumber budaya tidak hanya tertulis dan tercetak saja, tapi juga harus melihat tradisi-tradisi yang ada di masyrakat suku-suku bangsa yang memiliki berbagai sumber tradisi lisan, antara komunitas dan tradisi lisan sangat berkaitan, karena tradisi tidak pernah terlepas dari komunitasnya . Penulis tradisi lisan dengan pertunjukan yang telah dipertunjukan menjadi satu kata kunci, mengapa tema ini menjadi penting: sebagai negara yang mempunyai budaya lokal harus mampu mengembangkan tradisi budaya sehingga dapat diolah menjadi menarik, karena tradisi merupakan sumber identitas negara dan bangsa-bangsa , jika seandainya tradisi hilang maka banyak anak-anak bangsa yang tidak mengenali potensi-potensi yang ada pada tradisi, maka tradisi lisan dapat dikatakan sebgai sumber budaya, ada dua hal penting dalam tradisi: 1. Jagad global sebagai sebuah keharusan yang tidak bisa dielakkan. 2. Sekolah khususnya SMK/SMA di era global dewasa ini menjadi intitusi yang diharapkan untuk melahirkan tradisi-tradisi kreatif. Sedangkan seni-seni budaya lokal sudah mulai tersingkirkan oleh perkembangan era global, maka tugas dari seniman-seniman budayawan harus bisa dan tetap menjaga serta mengembangkan tradisi budaya baik otodidat maupun akademik juga harus dapat menempatkan ulang budaya lokal pada tradisi akademik, mampu mengembangkan pusat-pusat budaya lokal yang belum dimiliki masyarakat seni, jika kita mampu mengolah serta mengembangkan tradisi budaya maka perkembangannya akan jauh melampui wilayah modren, meski seni budaya tradisi tidak lagi seperti hari ini tetapi nilai-nilainya bisa kita kembangkan dengan pola masalalu, tidak lah rugi jika seni tradisi budaya kita kembangkan bersama dan membangun perkemangan tradisi untuk hari yang akan datang. Buku 1 Warisan kebudayaan menurut apa yang harus diketahui orang minang kabau tentang estimologi arisan minang kabau, jika dilihat didalam budaya nomotetik dan nimeografi dalam buku yang dibedah tidak begitu dijelaskan dengan agama, kalau yang dimaksud sumber dari petatah-petitih minang kabau saat inin sudah sangat sedikit orang yang mengetahuinya kebanyakan pada pra remaja yang dipengaruhi era global. Buku 2 Dalam kritik dan mediasi seni, kritik seni tidak hanya di Sumbar tapi juga di Indonesia kita lihat tidak berapa orang yang menabarkan tulisannya dimedia baik di mediacetak maupun media internet, efek dari kritik hanya sesaat dan tidak begitu dibicarakan lagi, sebetulnya kalau secara luas kritik seni adalah evaluasi kritikan yang berkembang positifnya berbagai buku-buku muncul untuk melanjutkan perkembangan kritikus, ada beberpa cara dalam menulis dan melanjutkan perkembangan kritikus dalam menulis yaitu: (objektif, prakmatis, teoritis dan nimesis), akan tetapi kebanyakan orang mengunakan pandangan menciptakan karyanya dengan tulisan praktis, sebagai seorang kritikus tidak ada kata objektif akan tetapi praktis. Buku 3. Dramaturgi sandiwara, ada sesuatu positif yang harus disampaikan dalam dunia dramturgi sandiwara, sandiwara memang salah satu seni pertunjukan yang sangat jaya pada dunia kesenian saat ini, budaya-budaya yang muncul dan lahir pada masa kolonial antara penjajah dan yang dijajah dapat menciptakan kolonial baru, sehingga terciptanya sandiwara disetiap daerah, maka dari percampuran budaya hibrit akan melahirkan budaya baru, seperti hal nya ada para ahli mengatakan ketika dua ahli yang berbeda akan melahirkan sesuatu yang baru, didalam sandiwara campur bisa dilakukan dimanapun tidak tergantung pada gedung pertunjukan dan pangung arena saja, cukup dengan apa yang ada misalnya dipasar, dilapangan, dan lain-lain. Bahkan sandiwara juga salah satu kesnian yang ikut melakukan perlawanan di Sumatera Barat, serta sandiwara juga mengembalikan budaya minang kabau, bahkan dari kehebatan sandiwara dapa menyerap budaya-budaya lain, sehingga sandiwara dapat dikatakan sebuah kesenian yang cukup menarik didunia kesenian.